Rabu, 30 November 2011

Faktor-faktor yang menyebabkan pertentangan sosial, dan masalah-masalah integrasi sosial



Integrasi Sosial, Etnisitas dan Kemiskinan. Masalah  integrasi sosial dan etnisitas serta kemiskinan, akan terus dihadapi oleh Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, karakter alamiah Indonesia sebagai negara plural akan selalu melahirkan masalah state and nation buildings. Kedua, masalah ini belum sepenuhnya selesai dan bahkan dipersulit oleh faktor kemiskinan dan kompleksitas hubungan antara masyarakat dan negara. Kesulitan dan masalah akan muncul jika negara gagal mewakili dan memenuhi kepentingan masyarakat yang majemuk tersebut, seperti terlihat dalam beberapa kasus belakangan ini dimana negara tidak hadir dalam berbagai masalah sosial dan konflik/kekerasan di akar rumput. Jadi, dapat dikatakan bahwa integrasi sosial akan terkait dengan kemampuan negara untuk memenuhi kepentingan masyarakat, state-building dan nation-building, serta masalah sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Masalah ini telah berkembang makin kompleks karena tekanan globalisasi dan demokratisasi yang melahirkan multi-identitas dan multi-loyalitas.

Integrasi sosial mengadung dua elemen besar yaitu integrasi pada tingkat infrastruktur, berupa unsur-unsur yang hidup dan berkembang dalam masyarakat seperti historic territoryatau homelandcommon myths dan kolektif memori sejarah, unsur budaya, dan ikatan ekonomi. Unsur kedua adalah integrasi institusional-politis dengan membentuk sistem politik, hukum, dan ekonomi yang mengatur persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh anggota.
Kluster kajian tentang integrasi sosial akan mencakup:

Faktor-faktor yang menyebabkan pertentangan sosial dan masalah-masalah integrasi sosial

Faktor penyebab konflik
§  Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politikekonomisosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
§  Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
§  meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
§  keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
§  perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
§  kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
§  dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik


Integrasi Sosial, Etnisitas dan Kemiskinan

Masalah integrasi sosial dan etnisitas serta kemiskinan, akan terus dihadapi oleh Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, karakter alamiah Indonesia sebagai negara plural akan selalu melahirkan masalah state and nation buildings. Kedua, masalah ini belum sepenuhnya selesai dan bahkan dipersulit oleh faktor kemiskinan dan kompleksitas hubungan antara masyarakat dan negara. Kesulitan dan masalah akan muncul jika negara gagal mewakili dan memenuhi kepentingan masyarakat yang majemuk tersebut, seperti terlihat dalam beberapa kasus belakangan ini dimana negara tidak hadir dalam berbagai masalah sosial dan konflik/kekerasan di akar rumput. Jadi, dapat dikatakan bahwa integrasi sosial akan terkait dengan kemampuan negara untuk memenuhi kepentingan masyarakat, state-building dan nation-building, serta masalah sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Masalah ini telah berkembang makin kompleks karena tekanan globalisasi dan demokratisasi yang melahirkan multi-identitas dan multi-loyalitas.

Integrasi sosial mengadung dua elemen besar yaitu integrasi pada tingkat infrastruktur, berupa unsur-unsur yang hidup dan berkembang dalam masyarakat seperti historic territoryatau homelandcommon myths dan kolektif memori sejarah, unsur budaya, dan ikatan ekonomi. Unsur kedua adalah integrasi institusional-politis dengan membentuk sistem politik, hukum, dan ekonomi yang mengatur persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh anggota.

Kluster kajian tentang integrasi sosial akan mencakup:

  • Politik pembangunan, kesenjangan pusat-daerah, dan kesenjangan antar daerah, serta pengentasan kemiskinan
  • Pemberdayaan masyarakat
  • Conflict managementconflict resolutionpost-conflict reconstruction: konflik horisontal dan vertikal
  • Gender, etnisitas dan agama
  • Bangsa (nation), nasionalisme, dan identitas nasional
  • State dan nation-building
  • Birokrasi dan integrasi nasional